Konten Trans7 Dinilai Lukai Marwah Pesantren, Puguh Wiji Pamungkas: Tak Cukup Hanya Minta Maaf

Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Puguh Wiji Pamungkas, menyesalkan tayangan salah satu konten di Trans7 yang dinilai menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Ia menilai, apa yang disajikan dalam konten tersebut telah mencederai marwah pondok pesantren, bukan hanya Lirboyo, tetapi juga pesantren di seluruh Indonesia serta para ulama dan kiai yang selama ini menjadi panutan masyarakat.

“Ya, seharusnya Trans7 tidak membuat konten dengan angle seperti itu. Apa yang dia sajikan mencederai pondok pesantren, bukan hanya Pondok Pesantren Lirboyo, tetapi juga pesantren di seluruh Indonesia dan para ulama kiai yang kita pahami bersama menjadi panutan,” tegas Puguh.

Puguh menambahkan, meskipun pihak Trans7 telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka, hal itu tidak cukup untuk menyelesaikan persoalan ini.

“Tidak cukup hanya meminta maaf. Kalau saya, ini harus diberikan sanksi, agar menjadi pembelajaran bagi semua pihak, terutama dalam menjaga prinsip-prinsip jurnalisme yang berimbang dan menghormati kaidah-kaidah pers,” ujarnya.

Lebih lanjut, Puguh juga mendorong Dewan Pers untuk turut turun tangan dalam menindaklanjuti persoalan ini. Menurutnya, lembaga tersebut memiliki tanggung jawab moral dan profesional untuk menegakkan etika jurnalistik di Indonesia.

“Dewan Pers tidak boleh diam. Mereka harus meninjau dan mengevaluasi konten semacam ini agar menjadi pembelajaran bagi industri media secara luas. Jangan sampai kebebasan pers disalahgunakan dan justru melukai nilai-nilai luhur yang dijaga masyarakat,” tegasnya.

Menurutnya, kebebasan berpendapat dan berekspresi di era digital harus diiringi dengan tanggung jawab moral serta penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan keagamaan yang hidup di masyarakat.

“Jangan sampai atas nama kebebasan, kemudian justru menimbulkan keresahan dan memperuncing suasana di masyarakat yang sudah heterogen dan memiliki kekayaan kultur serta tradisi,” jelasnya.

Legislator dari Fraksi PKS ini berharap kejadian tersebut menjadi momentum refleksi bagi media massa untuk lebih berhati-hati dalam memilih sudut pandang pemberitaan.

“Media memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. Maka sudah semestinya media juga menjaga etika dan empati terhadap nilai-nilai yang dihormati masyarakat,” pungkasnya.{}

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top