Sejumlah koperasi Merah Putih di Jawa Timur dilaporkan tidak berjalan bahkan ada yang tutup usai diresmikan, seperti terjadi di Kabupaten Tuban. Fenomena ini mendapat perhatian serius dari Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, Khusnul Khuluk, yang menyoroti kurangnya kesiapan dan pendampingan sebagai akar persoalan.
“Mayoritas koperasi Merah Putih ini memang sudah berbadan hukum. Tapi para pengurusnya bingung, mau menjalankan usaha apa. Karena dibentuk secara tergesa-gesa tanpa cikal bakal yang jelas,” ujar Khusnul.
Menurutnya, pembentukan koperasi banyak yang dilakukan hanya untuk memenuhi tuntutan program, bukan berdasarkan kebutuhan riil atau potensi desa.
“Mereka diminta segera menggelar Musyawarah Desa Khusus (Musdesus), lalu koperasi dibentuk tanpa rencana usaha yang matang. Rata-rata tidak punya simpanan pokok atau simpanan wajib,” jelas anggota Fraksi PKS itu.
Khusnul mengapresiasi bantuan Pemprov Jatim berupa dana Rp4 miliar untuk pengurusan akta pendirian koperasi di kabupaten/kota yang mengalami kendala anggaran. Namun, ia menekankan bahwa legalitas bukan satu-satunya solusi.
“Yang paling penting adalah pendampingan dari Dinas Koperasi Provinsi. Mereka harus turun, melihat potensi lokal, lalu mengarahkan koperasi ke sektor yang sesuai. Kalau potensinya sembako ya diarahkan ke sana. Kalau ada tenaga medis, bisa buka klinik desa. Atau yang paling gampang, mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) melalui dapur desa,” terang Khusnul.
Ia juga menyarankan agar koperasi bisa diarahkan menjadi agen elpiji atau usaha lainnya, selama tidak mematikan usaha warga yang sudah berjalan.
“Perlu kebijakan yang bijak dari pengurus desa. Jangan sampai koperasi Merah Putih justru mematikan toko sembako atau agen elpiji yang sudah lebih dulu ada. Harus ada kolaborasi, bukan persaingan,” tegasnya.
Khusnul juga mendorong keterlibatan perguruan tinggi untuk membantu pendampingan, terutama di desa yang sumber daya manusianya terbatas.
“Bisa kerjasama dengan kampus, negeri atau swasta, agar tidak ada alasan kekurangan SDM dalam mengelola koperasi,” katanya.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya sinergi antara koperasi Merah Putih dan BUMDes. “Koperasi jangan dianggap pesaing. Kalau BUMDes bergerak di peternakan ayam, koperasi bisa bantu menjual telur atau menyalurkan pakan dari perusahaan besar. Jadi semua bisa jalan bareng,” pungkas Khusnul.
Ia berharap ke depan, program koperasi Merah Putih tidak hanya menjadi proyek simbolis, tapi benar-benar mampu menggerakkan ekonomi masyarakat desa secara nyata dan berkelanjutan.{}