46 Ribu Rumah di Jatim Belum Teraliri Listrik, Harisandi Savari Desak Percepatan Elektrifikasi

Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia, ternyata masih menghadapi persoalan mendasar dalam bidang energi. Sebanyak 46 ribu rumah tangga di provinsi ini belum menikmati akses listrik.

Hal ini diungkap oleh Juru Bicara Komisi D DPRD Jawa Timur, Harisandi Savari, dalam rapat paripurna DPRD Jatim, Senin (26/5/2025).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyatakan keprihatinannya atas lambannya pemerataan listrik, khususnya di daerah terpencil. Kabupaten Banyuwangi menjadi wilayah dengan jumlah terbanyak rumah tanpa listrik, mencapai 9.000 unit.

“Ini harus jadi perhatian serius. Dinas ESDM perlu meningkatkan anggaran pengadaan listrik untuk masyarakat tidak mampu, terutama di daerah terpencil dan pedesaan. Target Jawa Timur bebas rumah tanpa listrik harus segera diwujudkan,” tegas Harisandi.

Ia juga mendorong adanya kolaborasi anggaran antara Dinas ESDM Provinsi dan pemerintah kabupaten/kota agar upaya elektrifikasi bisa lebih efektif dan merata, terutama di wilayah yang rasio elektrifikasinya masih rendah.

Tak hanya soal elektrifikasi, Harisandi juga menyoroti isu pertambangan di Jawa Timur. Ia mengungkap bahwa saat ini terdapat 322 Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) yang tersebar di berbagai daerah, mencakup hampir 7.000 hektare.

“Jangan sampai izin tambang diberikan tanpa memperhitungkan dampak sosial dan lingkungan. Harus benar-benar selektif dan ketat pengawasannya,” ujarnya, merujuk pada beberapa kasus perizinan tambang yang dinilai bermasalah, termasuk di Ponorogo.

Lebih jauh, Harisandi juga mengingatkan soal ancaman perubahan iklim akibat ketergantungan Jatim pada energi fosil, terutama batu bara. Ia menyebut PLTU Paiton dan pembangkit serupa sebagai penyumbang utama emisi karbon di Jawa Timur, yang berkontribusi hingga 222,2 juta ton CO₂, angka tertinggi di Indonesia.

“Pemerintah harus mulai serius menggeser kebijakan energi ke arah yang lebih berkelanjutan. Jangan sampai ambisi pembangunan justru meninggalkan warisan lingkungan yang rusak,” pungkasnya.{}

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top