Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur sekaligus Sekretaris Fraksi PKS, Puguh Wiji Pamungkas, meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur memperkuat langkah promotif dan preventif dalam menghadapi meningkatnya kasus penyakit tidak menular (PTM) di Jawa Timur.
Seruan ini disampaikan setelah data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan bahwa penyakit tidak menular menyumbang 65,5 persen dari total kematian di provinsi tersebut.
Menurut data BPS, tiga penyebab kematian tertinggi di Jawa Timur berasal dari PTM, yakni hipertensi, diabetes melitus (DM), dan penyakit jantung. Tren ini, kata Puguh, juga sejalan dengan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jatim yang menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun.
“Ini angka yang luar biasa tinggi. Penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian terbesar di Jawa Timur, dan trennya terus meningkat. Hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung mendominasi,” ujar Puguh.
Puguh menegaskan bahwa situasi ini harus menjadi dasar kuat bagi Pemprov Jatim untuk membangun strategi baru dalam pelayanan kesehatan, terutama menjelang penetapan rencana kerja tahun 2026. Ia menekankan bahwa penanganan PTM tak bisa hanya bertumpu pada layanan kuratif di rumah sakit.
“Pemprov harus fokus pada langkah preventif dan promotif. Edukasi kesehatan harus dilakukan secara masif, komprehensif, hingga level desa. Kesadaran masyarakat tentang gaya hidup sehat harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Dengan lebih dari 900 Puskesmas di seluruh Jawa Timur, Puguh meminta Pemprov memaksimalkan fasilitas tersebut sebagai ujung tombak edukasi. Selain itu, kader-kader kesehatan desa perlu diberdayakan agar memiliki narasi yang sama dalam kampanye kesehatan.
“Mereka harus mampu menyampaikan pesan yang efektif tentang pentingnya menjaga kesehatan agar terhindar dari tiga penyakit mematikan ini,” ujarnya.
Menurut Puguh, salah satu pemicu terbesar munculnya hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung adalah gaya hidup masyarakat. Karena itu, ia menilai peran edukasi sangat krusial.
“Pintu masuk dari meningkatnya penyakit tidak menular adalah gaya hidup. Kalau edukasi diperkuat, masyarakat sadar, maka risiko PTM bisa ditekan secara signifikan,” jelasnya.
Puguh juga mengingatkan bahwa pembiayaan kesehatan tak boleh terus-menerus terkuras untuk pengobatan kuratif. Menurutnya, penekanan harus digeser ke upaya pencegahan agar angka kesakitan bisa ditekan sejak awal.
“Ke depan, anggaran jangan habis hanya untuk kuratif. Promotif dan preventif medicine harus digencarkan. Ini investasi kesehatan jangka panjang,” tegasnya.
Ia berharap Pemprov, tenaga kesehatan, dan masyarakat membangun kesadaran kolektif untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan menekan angka kematian akibat penyakit tidak menular.
“Ini tanggung jawab bersama. Jika kesadaran meningkat, maka kualitas kesehatan masyarakat Jawa Timur akan jauh lebih baik,” pungkasnya.{}



