Libur Ramadan Jadi Momentum Penguatan Karakter, Puguh Wiji Pamungkas Usulkan Kurikulum Khusus

Rencana libur sekolah selama bulan Ramadan mendapat tanggapan positif dari Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur Fraksi PKS Puguh Wiji Pamungkas. Ia menilai kebijakan ini dapat menjadi langkah strategis untuk memperkuat pendidikan karakter siswa melalui pendekatan agama, sekaligus menjawab isu-isu krusial seperti mental health dan perilaku permisif di kalangan remaja.

“Ramadan adalah momentum emas. Libur sekolah bukan berarti siswa berhenti belajar, tetapi mereka diarahkan untuk fokus pada penguatan nilai spiritual dan karakter. Ramadan bisa menjadi ‘bengkel spiritual’ yang mendidik siswa agar lebih memahami dan menerapkan nilai-nilai agama,” ujar anggota dewan tersebut.

Menurutnya, libur Ramadan dapat diisi dengan kurikulum khusus yang relevan, baik bagi siswa muslim maupun non-muslim. Untuk siswa muslim, kurikulum ini bisa berisi tugas ibadah seperti membaca kitab suci, kegiatan sosial, dan praktik kebaikan sehari-hari. Sedangkan bagi non-muslim, kegiatan serupa bisa diarahkan sesuai dengan nilai-nilai agama mereka.

“Semua siswa, terlepas dari agamanya, tetap bisa memanfaatkan Ramadan sebagai momen refleksi dan penguatan karakter. Dengan kurikulum yang terarah, mereka tidak hanya belajar agama, tetapi juga membangun empati, disiplin, dan moralitas,” tegasnya.

Ia mengungkapkan bahwa pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak saat ini. Banyak siswa, menurutnya, terjebak dalam perilaku permisif seperti perundungan, pergaulan bebas, hingga penyalahgunaan narkoba karena minimnya pemahaman akan norma dan etika.

“Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki ini. Pendidikan agama yang diterapkan secara implementatif dapat menjadi solusi efektif untuk membentuk generasi muda yang lebih sadar nilai dan norma,” jelasnya.

Legislator PKS ini juga menyoroti hilangnya pendidikan moral berbasis nilai-nilai Pancasila yang dulu pernah diajarkan di sekolah. Ia berharap, kurikulum Ramadan dapat menjadi jalan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur seperti ketuhanan, empati, dan rasa hormat dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Pria asal Kota Malang ini menegaskan, kebijakan libur Ramadan harus didukung dengan kurikulum yang terencana dan visioner. Kurikulum ini, menurutnya, tidak hanya memberikan tugas-tugas sederhana, tetapi juga memacu siswa untuk menggali lebih dalam makna Ramadan melalui kegiatan yang kreatif dan bermakna.

“Kementerian Pendidikan harus merancang panduan yang jelas, sehingga siswa tetap produktif selama libur. Ini bukan sekadar memberikan tugas, tetapi bagaimana membentuk karakter yang kokoh melalui aktivitas yang relevan dengan semangat Ramadan,” tambahnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan komunitas dalam mendukung pelaksanaan kurikulum Ramadan. Menurutnya, dukungan semua pihak akan memastikan bahwa libur Ramadan benar-benar memberikan dampak positif bagi siswa.

“Ramadan bukan sekadar waktu libur, tetapi kesempatan untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan keimanan yang kokoh. Ini adalah investasi besar untuk masa depan bangsa,” ujar Puguh.

Dengan kurikulum Ramadan yang terarah, ia optimistis kebijakan libur sekolah selama Ramadan dapat menjadi solusi untuk menghadapi tantangan zaman, sekaligus menciptakan generasi muda yang tangguh, berintegritas, dan memiliki kesadaran spiritual yang mendalam.{}

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top