Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengimbau masyarakat Jawa Timur untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem pada periode 6–12 November 2025. BMKG mencatat, cuaca ekstrem tersebut dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti hujan deras, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, hingga hujan es.
Sejumlah wilayah di Jawa Timur yang berpotensi terdampak meliputi hampir seluruh kabupaten/kota, mulai dari Bangkalan, Banyuwangi, Bojonegoro, Malang, Surabaya, hingga Trenggalek dan Tulungagung.
Menanggapi kondisi ini, Wakil Ketua Komisi A DPRD Jawa Timur, Agus Cahyono, meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama seluruh instansi terkait untuk memaksimalkan langkah antisipasi dan penanggulangan bencana agar korban jiwa dapat diminimalkan.
“Musim hujan identik dengan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Banyak pohon tumbang yang menimpa bangunan dan kendaraan. Ini terjadi hampir setiap tahun, maka harapan kita kepada Pemprov Jatim agar berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memaksimalkan antisipasi bencana dengan sebaik-baiknya,” ujar Agus di Surabaya.
Agus menilai, bencana yang terus berulang menunjukkan adanya persoalan mendasar, seperti kerusakan lingkungan dan lemahnya relokasi warga di kawasan rawan bencana. Ia mencontohkan peristiwa di Trenggalek yang menewaskan empat orang akibat longsor, padahal lokasi tersebut pernah dilanda bencana serupa sebelumnya.
“Kasus di Trenggalek itu terjadi di desa yang sama. Padahal sudah ada rencana relokasi karena kondisi tanahnya labil dan tidak layak huni. Program relokasi itu belum berjalan maksimal, dan bencana kembali terjadi. Ini harus jadi evaluasi,” tegasnya.
Agus juga mendorong Pemprov untuk mempercepat langkah konkret, seperti pemangkasan pohon besar di tepi jalan yang rawan tumbang, serta normalisasi sungai dan saluran air di wilayah-wilayah yang rawan banjir.
“Sekarang juga sudah banyak pohon-pohon besar di pinggir jalan yang rawan tumbang dan bisa menghambat lalu lintas, itu harus segera ditangani. Begitu juga dengan normalisasi sungai dan saluran air, harus dilakukan cepat,” ujarnya.
Legislator Fraksi PKS ini berharap agar upaya mitigasi bencana di Jawa Timur dilakukan secara berkelanjutan, bukan sekadar reaktif setelah bencana terjadi.
“Harapan kita musim hujan tahun ini bisa diminimalkan bencananya, tidak banyak korban. Pemprov harus punya progres nyata dalam penanggulangan bencana, supaya masyarakat Jawa Timur merasa aman dan tentram ketika musim hujan datang,” pungkas Agus.{}



